Akun Facebooknya, justru dicuri oleh seorang hacker yang mengincar informasi rahasia. Pada acara konferensi keamanan informasi Interpol di Hong Kong akhir pekan lalu, Sekjen Interpol Ronald K Noble mengakui kecurian di Facebook dua kali.
Awalnya ia tidak tahu, namun tim respon keamanan Interpol memberitahukannya, bahwa ada dua akun palsu yang berpura-pura menjadi akun asli Noble di Facebook. Dua akun palsu itu dibuat di tengah-tengah digelarnya 'Operation Infra-Red', yakni operasi besar-besaran untuk menjaring para penjahat internasional.
Operation Infra-Red dilaksanakan antara Mei dan Juli yang lalu, untuk menangkapi para buron kriminil, mulai dari pembunuh, pedofil, penipu, koruptor, penyelundup narkoba, maupun pelaku pencucian uang, yang melarikan diri ke luar negara mereka."Salah satu hacker menggunakan akun palsu saya di Facebook untuk mendapatkan informasi target-target buron yang dikejar selama Operation Infra-Red dilaksanakan," kata Noble, dikutip oleh situs PCWorld.
Operasi itu sendiri pada akhirnya berhasil menjaring 130 buronan.Walaupun Interpol sendiri telah memiliki akun resmi di Facebook, namun Noble mengaku kaget ternyata ada profil dirinya di jejaring sosial itu. "Cybercrime kini tumbuh menjadi ancaman yang sangat kongkrit. Mengingat anonimitas yang terjadi di internet, cybercrime mungkin akan menjadi salah satu ancaman kriminal yang paling berbahaya yang pernah kita hadapi," kata Noble.
Pekan lalu, sebuah survei yang diadakan oleh Panda Security juga mengungkapkan bahwa sepertiga dari perusahaan UKM di Amerika Serikat mengklaim bahwa mereka ketularan malware dan virus gara-gara staf mereka mengakses ke situs jejaring sosial.
Kebanyakan dari perusahaan UKM itu mengalami masalah privasi karena Facebook (73,2 persen), Twitter (50,7 persen), dan YouTube (29,6 persen). Sementara mayoritas responden kerasukan malware (program berbahaya) gara-gara Facebook (71,6 persen).
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.